Cerita Dewasa HOT 2013 - Video Porn Terbaru - Lesbian HOT 2013

Halaman

Quote

Quote

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Labels List

Quote

Search

Minggu, 24 Maret 2013

Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013

Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film panas yang sedang kami tonton. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.

Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun

Oom, tuh tititnya berdiri lagi. kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya? jawabku santai.Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih. Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.Pertanyaannya apa? tanyaku.Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke apa tuh, Lia ngga ngerti? tanya Lia.Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan? jawabku menerangkan.Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama. Lia membenarkan jawabanku.Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa. kataku memberi penjelasan ke Lia.Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu? tanya Lia lagi.

Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa. jelasku.Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak. tambahku.Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis. Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.Emang gitu kok. Ee, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana? aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa.

Ayolah! Lia mengiyakan.Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja.Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.

Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya. 

Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.Oke, sekarang dimulai yaaa?Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini.

Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.Setelah puas aku menciuminya, Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia? tanyaku meminta.Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama. kata Lia sedikit protes.Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak. kilahku meyakinkan Lia.Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja. jawab Lia akhirnya memperbolehkan.Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara. jawabku lagi.

Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013
Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.Oom, kok enak banget nihhh oohhh enakkk desah Lia keenakan.Lia terus merancau

keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.

Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013
Lia, kocok dong tititnya Oom Agus. aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.

Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn pinta Lia.Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.Oommm ssshhh Lia mau pipis nich..Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.Tahan dikit Lia tahan yaaa sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.Udah ngga tahan nich Oommm aahhhTubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya.

Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.Oohhh Oom Agus Lia merasa lemes dan enak sekali apa sih yang barusan Lia alami, Oom? tanya Lia antara sadar dan tidak.Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga? tanyaku.Iya.. iya.. pingin Oom jawabnya langsung.Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.

Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.Lia tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..? bujukku.Iya Oom, mau dong Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia kataku lagi menjelaskan.Final? Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi. akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..? pintaku lagi.Iya deh Oom Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.  

Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.BlusssLia menjerit cukup keras, Ooommm tititnya sudaaahhh masuk kkaahhh?Udah sayang tahan ya kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.

Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.

Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.  

Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat.Crruttt crrutttCairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.

Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013  
Heboh, Ngentot Memek Gadis Perawan 12 Tahun | Cerita HOT Dewasa Terbaru 2013
Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.
Anonymous Perawan

Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT


Tante Saya Yang Montok
Cerita ini terjadi saat aku masih berusia 16 tahun, dan masih bersekolah di
salah satu SMA di Medan. Namaku Chris, aku peranakan Canada-Chinese. Papa saya
asal Canada, dan Mama saya Chinese Indonesia. Kata teman2 wajahku sih lumayan...
ganteng... ehmm. Tinggi saya 180 cm, ngak begitu tinggi dibandingkan dengan Papa
yang 185 cm. Saya lahir di Canada, tapi sewaktu umur 10 tahun, Papa ditugaskan
ke Medan, Indonesia. Jadi aku juga ikut, dan bersekolah disana. Mula-mula terasa
asing juga kota ini bagiku. Tapi lama kelamaan aku juga dapat terbiasa. Terus
terang, pemikiranku lebih condong kepada pemikiran-pemikiran Timur, mungkin
karena didikan Mama yang keras. Biarpun di negara2 Barat sudah biasa terjadi
hubungan seks remaja, namun aku belum pernah melakukannya dengan pacarku...
well... at least pada saat itu.
Hari ini dimulai liburan Natal. Papa tidak pulang ke Canada seperti biasanya,
katanya ada banyak pekerjaan. Mama bilang kalau aku merasa bosan disini
sebaiknya aku pergi ke Jakarta, sekalian menjenguk kakek. Katanya aku juga bisa
mencari tante Anne kalau ada waktu. Tante Anne ini teman baiknya Mama. Sama
seperti Mama, dia juga dulu sekolah di Canada, dan pernah tinggal lama disana.
Saya sudah lama tidak pernah bertemu dengan tante Anne, tapi seingatku orangnya
cantik sekali. Usianya sekarang mungkin sekitar 30 tahun, dia lebih muda dari
mama. Sewaktu di Canada dia sering menginap di rumah kami, dan bermain-main
dengan aku. Akhirnya aku iyakan tawaran mama untuk pergi ke Jakarta.
Hari kedua di Jakarta, aku minta diantar oleh supir ke rumahnya tante Anne.
Rumahnya terletak di salah satu kompleks perumahan di Jakarta Selatan.
Sebelumnya mama sudah menelepon dan memberitahukan kepadanya bahwa aku akan
datang pada hari itu.
"Hi... wahh udah besar sekali kamu sekarang yah Chris... udah ngak tanda lagi
Tante sama kamu sekarang... hahaha", seingatku kira-kira begitulah katanya
sewaktu pertama kali melihat aku setelah sekian tahun ngak jumpa. Wajahnya masih
saja sama seperti yang dulu, seakan dia tidak bertambah tua sedikitpun. "Oh
yah... tuh supirnya disuruh pulang aja Chris... ntar kamu bawa aja mobil Tante
kalo mau pulang...", aku pun mengiyakan, dan menyuruh pulang supirnya.
"Wah... besar sekali rumahnya yah Tante...", kataku sewaktu kami memasuki ruang
tamu. Aku dengar dari mama sih, katanya suaminya tante Anne ini anak salah
seorang konglomerat Jakarta, jadi ngak heran kalau rumahnya semewah ini. Setelah
itu kami ngobrol-ngobrol, dia menanyakan keadaan mama, papa dan kakek. Tante
Anne juga sudah lama tidak betemu dengan Mama. Lumayan lama kami ngobrol,
setelah itu dia mengajak aku untuk makan malam.
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT

"Makan dulu yuk Chris... tuh udah disiapin makanannya sama si Ning", katanya
menunjuk ke pembantunya yang sedang menghidangkan makanan di meja makan.
"Kita ngak nunggu Om Joe??", aku menanyakan suaminya.
"Oh... ngak usah... Om mu ngak pulang malam ini katanya"
"Oh... ok deh", kataku sambil beranjak ke ruang makan. Rumah sebesar ini cuman
dihuni sendirian dengan pembantunya. Berani juga tanteku ini.
"Kamu berani pulang ntar Chris?? Udah malem loh ini...", katanya sambil ngelirik
ke jam dinding yang udah nunjukin jam 7 lewat 30 menit.
"Ah berani kok Tante..."
"Hmmm... mending kamu tidur disini aja deh malem ini... tuh ada kamar kosong di
atas"
"Umm... iyah deh... ntar aku telepon ke Kakek kalo gitu...", dalam hati aku
mengira bahwa tanteku ini menyuruhku menginap karena dia takut sendirian di
rumah, sama sekali tidak ada pikiran negatif dalam otakku sewaktu aku mengiyakan
tawarannya. Sehabis makan aku pun menelepon ke rumah kakek, dan memberitahu
bahwa hari ini aku menginap di rumahnya tante Anne.
"Oh iyah... kalau kamu mau mandi air panas, pake aja kamar mandi Tante. Ntar
kamu pake aja bajunya Om Joe. Yuk sini!!"
"He-eh", aku mengangguk sambil mengikutinya. Kamar mandi yang dimaksud terletak
di dalam kamarnya. Kamarnya benar-benar mewah dan besar. Dengan tempat tidur
ukuran double di tengah-tengah ruangan, mini theatre set, dan sebuah kamar mandi
di sudut ruangan.
"Nih... coba... bisa pake ngak kamu??", dia memberikan t-shirt dan celana pendek
kepada aku.
"Bisa kayaknya...", aku pun mengambil pakaian itu dan membawanya ke kamar mandi.
Sehabis dari kamar mandi, aku sempat sedikit kaget melihat tante Anne. Dia
mengenakan baju tidur tipis, tidur tengkurap di atas tempat tidur. Kelihatan
dengan jelas celana dalamnya, tapi aku tidak melihat tali BH di punggungnya.
Terangsang juga aku melihat pemandangan seperti itu. Kelihatannya ia tertidur
saat menonton TV. TV nya masih menyala. Aku berjalan ke arah TV, bermaksud
mematikannya. Melihat adegan panas yang sedang berlangsung di TV, mendadak aku
terdiam pas di depan TV. Kulihat kebelakang, tante Anne masih tidur. Aku berdiri
menonton dulu, sekedar iseng. 5 menit lagi ah baru kumatikan, begitu pikiranku
saat itu.
"Hey...", saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba terdengar teguran halus
tante Anne, diikuti oleh tawa tertahannya. Aku benar-benar malu sekali waktu
itu. Aku berbalik ke belakang sambil tersenyum malu-malu. Waktu aku berbalik,
kulihat tante Anne sudah duduk tegak di atas tempat tidur. Samar-samar terlihat
puting susunya dari balik baju tidurnya yang tipis.
"Kirain Tante udah tidur...hehe", kataku asal-asalan sambil berjalan hendak
keluar dari kamar.
"Chris... bisa tolong pijitin badan Tante?? Pegel nih semua...", terdengar suara
helaan nafas panjang, dan suara kain jatuh ke lantai. Saat aku berbalik hendak
menjawab, kulihat tante Anne sudah kembali tidur tengkurap di tempat tidur, tapi
kali ini tanpa baju tidur, satu-satunya yang masih dikenakannya adalah celana
dalamnya.
"Ya...", hanya itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Aku pun berjalan ke arah
tante Anne. Sedikit canggung, kuletakkan tanganku di atas bahunya.
"Engghh...", terdengar dia mengerang perlahan.
"Om Joe kapan pulangnya Tante??", kuatir juga aku ketahuan oleh suaminya.
"Emmm... mungkin minggu depan... ngak tau deh... kalau Om mu sih... jarang
dirumah. Mungkin seminggu pulang sekali", dalam hati aku merasa kasihan juga
kepada tante Anne. Pantas saja dia merasa kesepian. "Fhhuuuhhh...", kembali
terdengar helaan nafas panjang. "Kamu udah punya pacar Chris??", tanyanya
memecah keheningan.
"Yah... di Medan"
"Hehehe... cantik ngak Chris??", tante Anne emang dari dulu senang bercanda.
Sangat berbeda dengan ibuku yang kadang bersikap agak tertutup, tante Anne
adalah penganut kebebasan Barat. Aku hanya tersenyum saja menjawab
pertanyaannya. "Turun dikit Chris...", aku pun menurunkan pijatanku dari bahu ke
punggungnya. "Kamu duduk aja di atas pantat Tante... supaya bisa lebih kuat
pijitannya". Aku yang semula mengambil posisi duduk di sampingnya, sekarang
duduk di atas
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
Tante Saya Yang Montok | Cerita Dewasa HOT Terbaru | Cerita HOT
 
pantatnya. "Unghh... berat kamu...", mendengus tertahan dia waktu
aku duduk di atasnya.
"Hehehe... tapi katanya suruh duduk disini...", cuek saja aku melanjutkan
pijatanku. Kontolku sudah terasa menegang sekali, sesekali aku tekan kuat2
kontolku ke pantat tante Anne. Walaupun aku masih memakai celana lengkap, namun
sudah terasa nikmat dan hangat sewaktu kontolku aku tekan ke pantatnya.
"Iiihh... nakal ya... bilangin mama kamu lho...", katanya sewaktu merasakan
kontolku menekan-nekan pantatnya.
"Udah belom Tante?? Udah cape nih...", kataku setelah beberapa menit memijat
punggungnya.
"Iyah... kamu berdiri dulu deh... Tante mo balik...", aku berdiri, dan tante
Anne sekarang berbalik posisi. Sekarang aku bisa melihat wajahnya yang cantik
dengan jelas, payudaranya yang masih kencang itu berdiri tegak dihadapanku.
Puting susunya yang merah kecoklatan terlihat begitu menantang. Aku sampai
terbengong beberapa detik dibuatnya. "Hey... pijit bagian depan dong
sekarang...", katanya. Aku duduk di atas pahanya, kuremas dengan lembut kedua
teteknya. Lalu kupuntir-puntir puting susunya dengan jari-jariku. "Ihh...
geli... hihihihi...", cekikikan dia. Aku benar-benar sudah tidak bisa
mengendalikan nafsuku lagi.
Sekarang ini yang ada dalam otakku hanyalah
bagaimana memuaskan tante Anne, memberinya kepuasan yang selama ini jarang ia
dapatkan dari suaminya. Rasa kasihan akan tante Anne yang telah lama merindukan
kehangatan laki-laki bercampur dengan nafsuku sendiri yang sudah menggelora. Aku
menarik celana dalamnya dengan agak kasar. Kulihat dia hanya diam saja sambil m!
emejamkan mata pasrah. Kuakui inilah pertama kalinya aku melihat wanita
telanjang secara nyata. Tapi agaknya aku tidak begitu canggung, sepertinya aku
melakukan semuanya dengan begitu alamiah. Tante Anne membuka lebar kedua pahanya
begitu celana dalamnya kulepas. Kulihat dengan jelas pepeknya dengan bulu-bulu
halus yang dicukur dengan rapi membentuk segitiga di sekitarnya. "Udah sering
beginian yah kamu Chris??", tanyanya heran juga melihat aku begitu mantap.
"Ehh... ngak kok... baru sekali Tante...", nafasku sudah memburu... kata-kata
pun sudah sulit kuucapkan dengan tenang. Kulihat nafas tante Anne juga sudah
mulai memburu, berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
"Jilatin dong Chris...", katanya memelas. Mulanya aku ragu-ragu juga, tapi
kudekatkan juga kepalaku ke pepeknya. Tidak ada bau tidak enak sama sekali,
tante Anne rajin menjaga kebersihan pepeknya aku kira. Kujulurkan lidahku
menjilati dari bawah menuju ke pusar. Beberapa menit aku bermain-main dengan
pepeknya. Tante Anne hanya bisa mengerang dan menggelinjang kecil menahan
nikmat. Kulihat ia meremas sendiri buah dadanya dan memuntir-muntir sendiri
puting susunya. Aku berdiri sebentar, melepaskan semua pakaianku. Bengong dia
melihat kontolku yang 18 cm itu. Aku cuman tersenyum kepadanya, dan melanjutkan
menjilati pepeknya. Beberapa saat kemudian ia meronta dengan kuat.
"Aaahh... ohh God... aaargghhh...", bagaikan gila, dia menjepit kepalaku dengan
pahanya, lalu menekan kepalaku supaya menempel lebih kuat lagi ke pepeknya
dengan dua tangannya. Aku susah bernafas dibuatnya.
"Lagi... arghh... clitorisnya Chriss... ssshhh... yah... yah... lagi...
oooohh...", makin menggila lagi dia ketika aku mengulum clitorisnya, dan
memainkannya dengan lidahku di dalam mulut. Aku memasukkan lidahku
sedalam-dalamnya ke dalam lubang pepeknya. Bau cairan kewanitaan semakin keras
tercium. Pepeknya benar-benar sudah basah. Tiba-tiba dia menjambak rambutku
dengan kuat, dan menggerakkan kepalaku naik turun di pepeknya dengan cepat dan
kasar. Lalu ia menegang, dan tenang. Saat itu juga aku merasa cairan hangat
semakin banyak mengalir keluar dari pepeknya. Aku jilatin semuanya.
"Ohhh... God... bener2 hebat kamu Chris... lemes Tante... aahh... ngak kuat lagi
deh untuk berdiri... shitt... udah lama ngak begini...", dia terbujur lemas
setelah 1/2 jam yang melelahkan itu. Aku cuman tersenyum. Perlahan kutarik kedua
kakinya ke tepi tempat tidur, kubuka pahanya selebar-lebarnya dan kujatuhkan
kakinya ke lantai. Pepeknya sekarang terbuka lebar. Nampaknya ia masih
terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yang kulakukan
sekarang padanya. Begitu ia sadar kontolku sudah menempel di bibir pepeknya.
"Ohh... ", ia cuman bisa menjerit tertahan. Lalu ia pura-pura meronta tidak mau.
Aku juga tidak tahu bagaimana cara memasukkan kontolku ke dalam pepeknya. Aku
sering lihat di film-film, dan mereka melakukannya dengan mudah. Tapi ini
sungguh berbeda. Lubangnya sangat kecil, mana mungkin bisa masuk pikirku.
Tiba-tiba kurasakan tangan tante Anne memegang kontolku dan membimbing kontolku
ke pepeknya.
"Tekan disini Chris... pelan2 yah... punya kamu gede banget sih...", pelan ia
membantuku memasukkan kontolku ke dalam pepeknya. Belum sampai seperempat bagian
yang masuk ia sudah menjerit2 kesakitan.
"Aahhhh... sakitt... oooh... pelan2 Chris... aduuh....", tangan kirinya masih
menggenggam kontolku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu deras. Sementara
tangan kanannya meremas-remas kain sprei, kadang memukul-mukul tempat tidur. Aku
merasakan kontolku diurut-urut di dalam pepeknya. Aku berusaha untuk memasukkan
lebih dalam lagi, tapi tangan tante Anne membuat kontolku susah untuk masuk
lebih ke dalam lagi. Aku menarik tangannya dari kontolku, lalu kupegang
erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong kontolku masuk sedikit lagi. "Aduhhh...
sakkkitt... ooohhh... ssshhhh... lagi... lebih dalam Chriss... aaahhhh", kembali
tante Anne mengerang dan meronta. Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa,
tak sabar lagi kupegang erat pinggulnya supaya ia berhenti meronta, lalu
kudorong sekuatnya kontolku kedalam. Kembali tante Anne menjerit dan meronta
dengan buas. Aku diam sejenak, menunggu dia supaya agak tenang. "Goyang dong
Chris...", dia sudah bisa tersenyum sekarang. Aku ! menggoyang kontolku keluar
masuk di dalam pepeknya. Tante Anne terus membimbingku dengan menggerakkan
pinggulnya seirama dengan goyanganku. Lama juga kami bertahan di posisi seperti
itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan
pepeknya menjepit kontolku dengan sangat kuat. Tubuh tante Anne mulai
menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan, dan tangannya meremas-remas
payudaranya sendiri.
"Ohhh... ooohh... Tante udah mo keluar nih... sshh... aaahh...", goyangan
pinggulnya sekarang sudah tidak beraturan. "Kamu masih lama ngak Chris??? Kita
keluar bareng aja yuk.... aahhh...", tak menjawab, aku mempercepat goyanganku.
"Aahhh... shitt... Tante keluar Chrisss... ooohhh... gile...", dia menggelinjang
dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku. Aku semakin
bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku bakal keluar tidak lama lagi.
"Aahhh... sshh...", kusemprotkan saja cairanku kedalam pepeknya. Lalu kucabut
kontolku, dan terduduk di lantai.

T A M A T
Anonymous Perawan

Cerita Sex Dewasa Paling Hot | Tanteku Yang Cantik dan Perawan | HOT Lesbian New



Pada cerita sex dewasa ini bercerita tentang pengalaman temanku yang berhasil menikmati tubuh seorang tante girang bernama ani. Silahkan dibaca cerita dewasa tante girang selengkapnya dibawah ini.

Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya.

Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik.

Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.

Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.

Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu.

Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.

Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini.

Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan.

Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.

“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.
Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.
“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”

Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius.

Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu.

Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.
“Huh? Mana enak?” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.
“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani.
“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.

Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.

“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku.
“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”
“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.
“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”

Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati.

Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.

“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”
“Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.
“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.
“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan.

Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.

Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante Ani tidak pernah merasa kekurangan materi.

Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen.

“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”
“Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani.
“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.
“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.

Tiba-tiba suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan.

“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya.
“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.
“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.”

Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis.

“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.
“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.

Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.

“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.
“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda.

Tante Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian.

Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian.

“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani.

Aku merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat.

Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya.

Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan.

Kini permainan kami semakin wild dan berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Ani.

“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.
“Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.

Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan.

“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.
“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya.

Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus.

“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira.
Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”.
“Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela.

Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.

“Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati.

“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.

“Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.

“Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada.
“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum.
Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.
“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.
Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami.

“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.
Tanpa disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku
jual bokeb murah
sempat berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya.

Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Ani.

“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.

Tante Ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Ani melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Ani sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.

“Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Ani. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’.
“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu.

Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba.

Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Ani meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Ani hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Ani untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi.

Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Ani akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.

Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Ani. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Ani mencegahnya.
“Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante Ani.
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya.
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Ani.
“Ahh, yang bener tante?” tanyaku.
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Ani.
“Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu.
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani.

Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani. Tante Ani kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.

Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Ani, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Ani.

Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang.

“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Ani.

Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.

“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Ani kemudian terputus. Kalimat tante Ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu.

Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.

“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Ani sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Ani.” jawabku tidak tau malu.

Ternyata wajah tante Ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”.
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Ani hanya mengangguk pertanda setuju.

Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Ani. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Ani, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Ani. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Ani. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Ani saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’.

“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Ani, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Ani tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.

Aku mencoba mendorong tubuh tante Ani perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak, bahkan tante Ani hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Ani. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Ani, dan oh my, wangi betul leher tante Ani. Tante Ani memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini.

Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Ani. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Ani, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Ani.

Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Ani tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Ani memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.

Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saat itu, namun tante Ani tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.
“Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Ani mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Ani mulai basah dan licin.

“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Ani terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Ani lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Ani.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Ani mulai serak-serak basah.

Aku tetap memainkan itil tante Ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.

“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Ani lemas dan nafasnya terengah-engah.

Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Ani, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Ani. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”.

Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Ani. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana.

“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani.
Aku coba mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.
Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Ani, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Ani, sehingga aku berhenti sejenak.
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Ani.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Ani.
“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Ani genit.

Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Ani semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.

Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Ani pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.

“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku.

Puting tante Ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Ani.

Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja.

“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’.

Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Ani.

“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Ani.

“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.
“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Ani. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Ani.

Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Ani. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Ani. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia.

Tante Ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.

“Bernas puas ngga?” tanya tante Ani.
“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Ani.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.
“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Ani manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.
“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.

“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Ani.
“Sippp tante.” jawabku serentak girang.

Malam itu aku nginap di rumah tante Ani. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Ani, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya.

Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Ani senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Ani sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.

Tante Ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Ani lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).

Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Ani. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Ani menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Ani bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Ani.

Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Ani. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Ani sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Ani, namun tante Ani seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya
Anonymous Perawan

| Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa

Aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Wah, asyik juga, kalau Bu mulan mau mandi bersama aku. Karena dulu waktu di asrama, aku sering pula mandi berdua dengan teman-teman, sebagaimana pula dengan teman-teman yang lain. Kadang kami sering kagum dengan badan dan payudara teman yang lain, walaupun sering mandi bersama tidak pernah terjadi seperti yang ada di BF, apa itu namanya? Lesbian?
Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa  


Perawan Lesbian

Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa  
Ditengah aku mandi, terdengar ketukan di pintu.
“Siapa, yaa?”.
“aku, dik”, suara Ibu mulan menyahut.
aku bukakan pintu kamar mandi, tentu saja aku dalam keadaan telanjang. Ibu mulan langsung masuk ke kamar mandi, dan melepas bajunya satu persatu. aku berhenti mandi dan hanya memandanginya, aku berdebar-debar ingin melihat “peralatan” Ibu mulan.Ternyata betul dan nyatalah Ibu mulan sekarang sudah telanjang pula bersama aku di kamar mandi. Kulitnya putih mulus, payudaranya agak besar, mungkin cup B, perutnya rata dan rambut kemaluannya lebat. Dibanding kulit aku yang lebih coklat dan rambut kemaluan aku yang hanya sedikit sekali, aku iri juga.
“Kenapa dik?”, Ibu mulan membangunkan lamunan sesaat aku, sambil tersenyum.
“Ndak, Bu, ndak apa-apa”.
“Oh, rambut yang bawah hanya sedikit yaa”, sambil tangannya menjulur mengelus liang surgaku. aku terkesiap, ada perasaan aneh pada vagina aku ketika tangannya mengelus lembut vagina aku. (aku teringat dulu ketika di asrama, kadang kalau mandi bersama teman yang lain, sering guyonan mengelus vagina teman lain seperti itu, tapi tidak ada rasa apa-apa). Secara refleks pula aku menarik napas panjang dan menutup mata.
“Kenapa dik, nikmat?”.
aku membuka mata dan tersipu malu.
“Oh.., belum pernah yaa”, Ibu mulan tersenyum, sambil matanya menyempit memperhatikan aku. aku juga hanya tersenyum sambil menggigit bibir. aku ingin Ibu mulan mengelus vagina aku lagi seperti tadi, kata aku dalam hati.

Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa  
aku merasa itu terjadi begitu cepat, tiba-tiba Ibu mulan berjongkok di hadapan aku dan mulai menjilati vagina aku. aku kaget dan keenakan. Sambil berdiri, aku sandarkan punggung aku ke tembok kamar mandi. aku tidak bisa dan tidak mau menolaknya, aku ingin menikmatinya. Ibu mulan sangat ahli menjilati vagina aku, dengan lembut dia membuka lebar paha aku dan membuka pelan-pelan bibir kemaluan luar aku. aku merasakan sangat nikmat di bawah sana, di kemaluan aku, ketika lidah Ibu mulan menjilat-jilat kemaluan bagian dalam aku, sungguh nikmat dan nikmat sekali, terutama ketika bibirnya yang basah menjilati klitoris aku. aku menutup mata menikmatinya, payudara aku juga ikut mengeras, kedua tangan aku meremas bahu Ibu mulan yang berjongkok di depan aku. aku menutup rapat-rapat bibir aku, sambil menggigit kencang bibir aku, nikmat sekali, nikmat sekali. Hanya napas aku makin lama makin berat, dan makin lama aku makin merasa kemaluan aku makin basah.
Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa  
“Ooohh..”, aku mendesah agak keras, aku merasa melayang dan lupa segala dalam sesaat. Kemaluan aku bagian dalam terasa berdenyut-denyut berkepanjangan, tubuh aku serasa melayang dengan segala rasa yang pernah aku alami. Untuk pertama kalinya aku merasa mulai mengetahui kemaluan aku sendiri dan kenikmatannya yang luar biasa. (itu namanya orgasme, yaa).
Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa  
“Sudah, dik?”, suara Ibu mulan menyadarkanku.
“Maaf, Bu”, sambil aku memeluk tubuh telanjang Ibu mulan yang sudah kembali berdiri di hadapan aku. aku merasa ingin dibelai dan diakungi, di samping tubuh aku yang mendadak lemas, setelah merasakan puncak kenikmatan tadi.
“Tidak apa-apa”, Ibu mulan masih tersenyum.
“Wajar saja, tidak usah khawatir”, Ia melanjutkan. Sambil dipeluknya tubuh aku yang juga telanjang. Dia raih kepala aku, dan diciumnya bibir aku dengan lembut, lidahnya juga masuk ke dalam mulutku, menjilati lidah aku. Untuk pertama kalinya pula aku merasakan ciuman dari seorang wanita, apalagi wanita matang dan berpengalaman seperti Ibu mulan. Ternyata lebih nikmat dan halus, dibanding ketika pertama kalinya aku merasakan ciuman dari seorang cowok.

Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa  
 
“Ayo dik, lekas mandinya”.
“Nanti malam giliran aku ya”, Ibu mulan tersenyum penuh arti pada aku. aku mengangguk pelan, dan ingin “waktu” itu segera datang.
Malam itu, setelah tugas-tugas sebagai perawat telah selesai, di kamar tidur perawat aku belajar “melayani” Ibu mulan, ternyata indah sekali. Sungguh hari itu, sore dan malam yang tidak terlupakan.

Sejak saat itulah pula, Ibu mulan menjadi mentor aku. aku selalu menunggu waktu-waktu tugas bersama, lagi dengan Ibu mulan dan kencan-kencan kami lainnya di luar jam dinas Rumah Sakit, berbagi waktu dengan “suami” tidak resmi Ibu mulan, dokter Calvinus, seorang dokter Kebidanan dan Kandungan.


Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa 
Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa 
Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa | Cerita Dewasa | Lesbian HOT [ New ] | Cerita Hot Dewasa  

Anonymous Perawan